Senin, 14 Januari 2013

A Story

Hi, I just created this story. So, enjoy for reading guys. Please like and comment on the below
Annecy's 

Matahari kini mungkin tidak bersahabat lagi. Hanya deras hujan yang datang ke kota. Hiruk pikuk jalanan kota Annecy semakin ramai dengan tetesan hujan. Terlihat kerumunan orang masih sibuk dengan aktivitasnya. Hujan belum kunjung reda dari semalam, semenjak aku menginjak tanah Annecy ini. Aku duduk terpaku di balik jendela mungil, memandang luas kecantikan sungai Annecy. Hujan semakin membuat tubuhku menggigil. Segera aku mengambil mantel dan secangkir coklat panas untuk membuat tubuhku hangat. Aku kembali duduk, sepintas  aku mengingat peristiwa itu lagi. Ya, masih teramat jelas teringat. Kata-kata itu terekam jelas. Nada suara itu......Sontak tubuhku gemetar. Aku terlalu terpuruk. Aku kembali mengingatnya dan air mataku perlahan turun membasahi pipi. Mungkin sudah banyak ribuan tetes air mata yang terjatuh sia-sia.

Saat itu aku masih menghabiskan waktu-waktu ku bersamanya. Pertemuan singkat membuat kita saling cinta pada pandangan pertama saat aku duduk di bangku 3 sekolah menengah atas. Perbedaan usia 2 tahun tak menjadi masalah. Karena jodoh tidak dilihat dari perbedaan usia diantara kami.  

Kami menjalinnya begitu indah. Merangkul mimpi-mimpi indah masa depan. Bernafaskan kasih cinta. Namun hubungan kami tak bertahan lama. Selang waktu selama 3 bulan, kami harus mengakhirinya. Kisah kita kandas. Semua mimpi kita telah pupus dan harus tertanam dalam-dalam. Sejak dia mengingkari semua janji-janjinya. Hubungan kami pada awalnya tentram, bahagia. Aku telah jatuh hati padanya, aku begitu mencintainya. Kami menjalinnya dengan suka cita, tulus tanpa pandang status, latar belakang, ataupun kastanya. Tapi semuanya berubah. 2 bulan berlalu dia mulai bersikap aneh. Dia tak peduli. Seribu alasan dia pakai untuk mengakhirinya. Aku mencoba meyakinkannya, namun tak guna. Semuanya harus berakhir karena sebuah tidak kesempurnaan. Berat hati untuk menerimanya. Sulit untuk menghadapinya. Sakit untuk merasakannya. Aku masih tak percaya. Aku mungkin bermimpi dan akan segera bangun.

Aku salah. Semua ini adalah sebuah kenyataan yang harus aku terima. Tuhan telah menuliskannya. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mampu menyembunyikan rasa sakit ini. Apa artinya sebuah kasih sayang tanpa sebuah ketulusan. Berusahalah untuk mencintai bukan dicintai. Air mata yang turun kini tiada berarti. Tidak akan membalikkan semuanya. 

"Sekarang intinya gue udah ga nyaman, gue ga bahagia sama lo. Pada akhirnya kita sekarang udah ga sejalan, udah banyak perbedaan dan pertentangan. Udah ga pantes buat diterusin.....Jadi singkat kata , kita putus. Gue yakin gue bukan orang yang tepat buat lo begitupun sebaliknya. Lo bisa dapetin kebahagiaan lo dari orang lain bukan dari gue...."



Waktu berjalan hingga akhirnya hujan pun pergi berlalu pukul 4 sore waktu Annecy. Aku mengintip dari balik jendela kamar melihat situasi diluar rumah tepatnya sungai Annecy yang cantik nan indah di depan  . Hujan memang berhenti, namun matahari masih bersembunyi dibalik gumpalan kapas putih. Aku segera menggerakkan kaki, mengarahkannya menuruni anak tangga dan mengambil beberapa buah mantel lagi karena suhu semakin bertambah. Aku memutuskan untuk menghirup udara Annecy untuk hari pertama disini. Membuang beban-beban dan membiarkannya membeku. Aku tidak akan pernah menyia-nyiakannya selama aku di Annecy, kota kecil di Perancis ini. 

"Hey, where are you going dear? Bad weather outside. Sit there and warm you body. I'll make a soup for you." Seketika mamah bertanya padaku yang sedang memakai longcoat. "Oh ummm I just wanted to get fresh air outside mom. Jangan khawatirkan aku. Aku akan kembali jam 5 nanti! Bye!" Tanpa berkata-kata lagi aku meluncur menuju pintu depan dengan berlari kecil dan tak memperdulikan lagi ucapan mamah. "Hey! Remember at 5, you'll have to return home. Be careful dear!" Mamah berteriak dari dapur sambil memperhatikan langkahku ke luar.

Langkah demi langkah teriring selalu dengan mimpi-mimpi dan harapan. Semua tidak ada yang tidak mungkin, karena aku percaya. Buktinya sekarang aku dapat menginjak tanah Annecy ini. Aku tidak akan pernah salah mengarahkan langkah, tidak akan pernah menyia-nyiakan waktu disini. Tujuan tempat-tempat menarik disini cukup banyak. Annecy yang terkenal dengan kota tuanya, kota seni dengan berbagai arsitektur indah disini. Namun ada satu tempat yang sangat ingin aku kunjungi. Ya, Lac d'Annecy. Lac d'Annecy merupakan salah satu icon kota Annecy, danau ini bukan danau biasa, tapi merupakan danau alam terbesar ke 2 di Perancis. Airnya sangat jernih membuat kita bisa meliat apa saja yang berenang dan tergenang ditengah danau. Danau ini juga terkenal sebagai danau terbersih di Eropa. Sangat mengagumkan. Hal itu yang membuat aku tertarik untuk mengunjunginya. Namun hingga kini aku masih belum memenuhinya. Mungkin aku harus sedikit lebih sabar.

Tepat aku sekarang sedang mengamati sisi-sisi sungai Annecy. Beruntungnya kami bisa menempati rumah yang tepat berada di depan sungai Annecy yang membuat lengkap liburan ku sementara ini. Mataku terarah mengamati detail kota ini. Sungguh kota Annecy yang tidak kalah indahnya dengan kota Paris. Tetapi seketika saat aku sedang menikmatinya, terlintas sebuah harapan. Apakah di tempat terindah ini aku dapat menemukan seseorang? Apakah Tuhan sudah merencanakannya? Namun aku kembali tersadar mencoba tidak mengingat itu. Mungkin aku siap untuk menjalani ke depan. Tapi aku tidak percaya aku bisa menemukan seseorang pengganti. Tidak..tidak.

Kembali aku menggerakkan kaki menelusuri seluk beluk kota Annecy. Sambil terus berjalan, aku merogoh kantung mantel berusaha melihat layar handphone. Aku tertegun. Jam menunjukkan pukul 4.30. Berarti aku sudah menghabiskan sebagian waktuku. Aku bergegas, berlari kecil untuk melintasi jalanan kota. Aku kembali terhenti. Mengarahkan mata ku ke arah timur. Seraya mengamatinya dengan serius. Ya,The Palais de L'Isle menjadi salah satu maskot kota Annecy. Indah terbentang dari sisi ke sisi. Seakan aku sedang berada dalam kota impian yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Tuhan, terimakasih aku masih diberi kehidupan. Terpancar raut kebahagiaan saat aku mendongakkan wajahku ke permukaan sungai. Aku semakin mencintai kota ini. Aku kembali berjalan, menikmatinya dengan suka cita. Mungkin sudah cukup jauh aku melangkah. Hingga akhirnya aku dapat berdiri di deretan bangunan The Royale Rue. Tampak berjajar toko-toko, taman dan air mancur dari Saint Jean merupakan jantung dari kegiatan komersial dan politik kota Annecy. Keinginan mencuci mata untuk sekadar melihat-lihat timbul dalam hati. Ya tidak luput dalam diri seorang wanita. Aku teringat. Segera melihat layar handphone. Aku terkejut. Sudah hampir jam menunjukkan jam 5. Aku berlari dan terus memastikan aku dapat tepat waktu sampai rumah. Karena aku terus berusaha untuk tidak akan pernah mengecewakan mamah. 

Pukul 5, suasana kota tidak menyurut. Ramai masih tampak jelas di setiap sudut kota. Tanpa banyak memperhatikan sekeliling, aku terus berlari kecil menuju rumah. Aku berusaha mengatur nafas dengan baik. Berlari kecil dengan tegap. Terima kasih perjalanan indah ini, Tuhan. Langkahku akhirnya terhenti tepat di depan pintu. Aku pun menekan tombol bel dengan nafas yang sedikit terengah-engah. Cuaca yang cukup dingin, tak terhiraukan sedikit pun untukku. Pada intinya, aku dapat menikmati udara sejuk dengan sangat baik. Semangat pun semakin membara. Esok, aku siap menjelajahi kota ini sampai tuntas.

Seseorang sudah berdiri tegak di balik pintu saat aku menengokkan kepalaku. Papah.... Senyum terukir di wajahnya. "Come on baby, let's go into the house. The weather is getting cold. We've been waiting for you. Put your coat there." Aku sudah tahu betul papah akan berkata itu. Tanpa menundanya aku segera melepaskan 2 lapis mantel yang melekat pada tubuhku. Lalu aku berjalan menuju ruang keluarga. Aku berusaha mencari sosok wanita itu. Namun apa daya, disaat aku berada di dalam ruang keluarga. Aku tidak dapat menemukannya. "Mamaah.. dimana?" Aku terus mencari di sudut-sudut ruangan. Dan akhirnya, "Mamah, I've spent an hour in the corners of the city, I'm tired, may I ask for your food?" Tubuhku perlahan merangkul mamah dari belakang. "Mamah already know you're doing this, mamah have cooked this for you. After eating, go to take a shower. OK?" Mamah menarik tangan ku hingga aku berada di hadapannya sambil menarik hidungku. "Awww.. stop it to me maaah.. Thank you, I will enjoy it." Aku pun tersenyum lebar dan berlalu meninggalkan dapur menuju ruang makan. Rahmat Tuhan kini perlahan menghampiri ku....(CONTINUE)

THANKS FOR READING MY STORY. Continous to update the story 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar